Note
:
Page
Turner adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
pembalik notasi balok dalam permainan piano ketika partnernya butuh seseorang
untuk membalik halaman notasi dengan tepat.
Episode
1 : Yang Dianugerahi Talenta oleh Tuhan
Seorang gadis SMA, Yoon Yoo Seul (Kim So Hyun) sedang berdandan di dalam mobilnya yang
terparkir sambil mendengarkan lagu pop (Red Velvet – Dumb Dumb). Tapi begitu
melihat ibunya (bagi yang pernah nonton Naeil Cantabile, pasti tahu kalo
pemeran ibu Yoo Seul adalah Dekan Song Mina), dia langsung cepat-cepat
mengganti lagu itu dengan instrumental musik klasik. Ibunya bertanya kenapa Yoo
Seul terlihat santai dan bukannya membaca buku musiknya. Yoo Seul beralasan
bahwa dia khawatir bakal mabuk kendaraan kalau membaca ketika ibunya sedang
menyetir.
Ibunya terus bicara soal ujian penyisihan di sekolah
musik Yoo Seul yang sangat ketat. Ibunya tidak ingin Yoo Seul main-main. Yoo
Seul hanya mendengarkan sambil lalu. Ibunya juga mengingatkan Yoo Seul soal Seo
Jin Mok, si Peringkat 2, saingan berat Yoo Seul.
Seo
Jin Mok (Shin Jae Ha) bersiap tampil dengan piano. Murid
lain berbisik soal Jin Mok yang mereka sebut Psikopat. Mereka yakin kelemahan
Jin Mok adalah memainkan irama musik klasik bergenre romantis. Tapi mereka
langsung terdiam ketika juri menawarkan siapa yang mau penjadi Page Turner-nya
Jin Mok, hingga Yoo Seul mengangkat tangannya, menawarkan diri menjadi Page
Turner. Semua orang kaget karena selama ini Yoo Seul dan Jin Mok terkenal
saling bermusuhan.
Yoo Seul melirik ibunya, teringat percakapan mereka
ketika di mobil ibunya menyuruh Yoo Seul untuk menjadi Page Turner-nya Jin Mok.
Nantinya Yoo Seul harus membalik halaman notasi dengan agak pelan supaya
penampilan Jin Mok kacau.
Jin Mok memilih amplopnya yang berisi lagu yang
harus dia mainkan, Chopin Valse in E
minor Op. Post. Ibu Yoo Seul bersorak kecil karena notasi yang dipilih Jin
Mok bergenre romantis. Jin Mok mulai memainkan nada-nada lagu itu dengan lihai.
Ketika tiba waktu untuk membalik halaman, Yoo Seul membaliknya dengan tepat
waktu, membuat ibunya kesal karena Yoo Seul tidak mendengarkan perintahnya. Yoo
Seul tidak ingin perbuatan curang seperti itu. Permainan piano Jin Mok pun
berakhir dengan mengesankan.
Flashback
:
Beberapa tahun lalu, Jin Mok kecil sedang les piano
dengan pengajarnya ibu Yoo Seul, sementara Yoo Seul kecil duduk tenang di
belakang mereka. Ibu Yoo Seul menegur permainan piano Jin Mok yang tidak ada feel-nya. Jin Mok kesal karena selama
ini dia dikenal sebagai piano genius,
hanya ibu Yoo Seul yang tidak menganggapnya seperti itu, bahkan hampir
kelepasan menyebut Jin Mok sebagai Psikopat. Dia meminta ayahnya untuk
mengganti guru les piano. Ayahnya mempersilakan Jin Mok mencari guru les
sendiri dan memberikan cek kepada ibu Yoo Seul, pertanda dia dipecat. Ibu Yoo
Seul memohon-mohon supaya tidak dipecat. Ayah Jin Mok bilang dia tidak punya
pilihan lain.
Tiba-tiba Yoo Seul memainkan piano. Dia menegur Jin
Mok yang bermain piano tanpa perasaan. Jin Mok marah-marah dan menyuruh Yoo
Seul berhenti. Dia makin kesal karena ibu Yoo Seul mengajari Yoo Seul dengan
baik, sementara dirinya tidak. Ibu Yoo Seul juga kaget karena selama ini dia
tidak pernah mengajari Yoo Seul bermain piano. Dia menyadari anaknya berbakat,
lalu mengajak Yoo Seul pergi dari rumah Jin Mok.
Flashback
ends
Giliran Yoo Seul tampil, Jin Mok mengambil
kesempatan untuk menjadi Page Turner-nya. Yoo Seul memilih amplop berisi lagu Rachmaninoff’s “Prelude Op. 23 No. 5”. Murid
lain kembali berbisik-bisik kalau lagu yang dipilih Yoo Seul merupakan lagu
rumit, terutama karena jangkauan tangan Yoo Seul yang kecil. Tapi Yoo Seul
memainkannya dengan penuh percaya diri. Ketika tiba waktu halaman dibalik, Jin
Mok menjatuhkan notasi Yoo Seul. Walaupun dia berkata tidak sengaja karena dia
gugup kepada juri, tapi Yoo Seul kalau Jin Mok memang sengaja. Dia melirik Jin
Mok yang akan mengambil notasinya, lalu menampik tangan Jin Mok. Yoo Seul
menyindir kalau dia juga tidak sengaja. Lalu melanjutkan permainan pianonya
tanpa notasi. Juri berkomentar kalau level Yoo Seul memang beda.
Sementara itu di tempat lain, sedang ada
pertandingan lompat galah. Seorang atlet, Jung
Cha Sik (Jisoo) sedang diberi pengarahan oleh pelatihnya. Tapi Cha Sik sama
sekali tidak tampak mendengarkan walaupun Pelatih sudah memegang pipinya supaya
fokus. Mata Cha Sik terpaku pada ibunya yang menonton pertandingannya. Mata Cha
Sik berkilat tajam saat dilihatnya seorang ahjumma berjaket motif zebra seperti
sengaja menyenggol kaki ibunya, hingga tas yang dibawa ibunya terjatuh. Cha Sik
berkata pada Pelatihnya bahwa ibunya tidak suka diremehkan. Pelatih kembali
berusaha mengembalikan fokus Cha Sik dengan mengatakan bahwa Cha Sik bahwa Cha
Sik harus mendapatkan medali supaya bisa masuk universitas dengan mudah.
Cha Sik semakin memanas saat melihat Ahjumma
Zebra kembali menyenggol minuman yang
sedang dipegang ibunya hingga jatuh ke lantai. Cha Sik yang tidak bisa menahan
emosinya lalu berteriak kepada Ahjumma Zebra supaya minta maaf pada ibunya. Orang-orang
di gymnasium itu keheranan, sementara ibu Cha Sik memberi isyarat kalau dia
baik-baik saja. Cha Sik lalu berteriak, “AKU YANG TIDAK RELA!!” LOL.
Cha Sik membaca spanduk yang dibawa Ahjumma Zebra,
lalu menyadari kalau orang itu adalah ibunya Kang Jun Ho, peserta lain. Pelatih
langsung menenangkan Cha Sik dan mengingatkannya kalau Kang Jun Ho adalah
seorang atlet lompat galah pemegang rekor di pertadingan itu, 5,27 meter. Bukannya
takut, Cha Sik malah makin kesal dan menganggap Jun Ho sombong hanya karena
rekornya 17 cm lebih tinggi dari Cha Sik. Cha Sik lalu memberi tahu juri kalau
dia akan melompat setinggi 5,30 m. orang-orang jadi heboh. Pelatih kembali
sibuk ‘menyadarkan’ Cha Sik, kalau rekornya baru sampai 5,10 m. Cha Sik makin
menggila dengan menyebut, “5,50 METER!!” Heol~
Pelatih pun nyerah, lalu menyetujui lompatan 5,30 m
untuk Cha Sik, berbisik kecil pada asistennya bahwa Cha Sik akan kehilangan
medali perunggunya. Di bangku penonton, ibu Cha Sik bertaruh pada Ahjumma Zebra
soal lompatan Cha Sik. Jika Cha Sik gagal, dia akan memberikan laptop yang
berisi pekerjaannya pada Ahjumma Zebra, tapi jika berhasil, dia meminta Ahjumma
Zebra menerima kartu namanya plus mengenalkannya ke beberapa klien yang mungkin
butuh jasanya sebagai Jakka (penulis).
Cha Sik bersiap melompat. Semangatnya semakin
membara ketika ibunya berteriak memberinya dukungan. Pelatih hanya bisa menutup
wajah karena tidak ingin melihat momen memalukan yang akan diciptakan Cha Sik. Tapi
ternyata Cha Sik berhasil melompati galah setinggi 5,30 m. orang-orang
menatapnya tidak percaya.
Pelatih lega karena Cha Sik berhasil mengamankan
rekornya, lalu menawarkan untuk lompatan 5,35 m. Cha Sik yang masih terlalu
semangat berkata enteng, 5,50 m. Cha Sik berkata seseorang mengatakan kalau
hari ini dia akan beruntung dengan pertandingan. Pelatih berteriak kesal,
bertanya siapa yang sudah bicara omong kosong itu. Cha Sik menunjuk kaki
kanannya. Pelatih pun berteriak pada kaki kanan Cha Sik, “KAU BOHONG!!!”
*bwaakks
Yoo Seul bertanya pada ibunya tentang penampilannya
hari itu. Tapi ibunya tidak terkesan dengan cara Yoo Seul ‘menginjak’ Jin Mok.
Ibunya marah karena Yoo Seul tidak mendengarkan perintahnya. Jin Mok lewat, ibu
Yoo Seul pura-pura ramah menyapa Jin Mok, bahkan menawarinya untuk mengantar
les. Jin Mok menepis tangan ibu Yoo Seul dan berkata kalau dia menolak tawaran
itu. Yoo Seul memanggil Jin Mok. Mereka kembali beragumen tentang insiden yang
terjadi ketika ujian tadi. Jin Mok menganggap kalau Yoo Seul membual tentang
dirinya yang disebut orang Jenius. Yoo Seul menyeringai (yass, aku suka
ekspresi Kim So Hyun kalo udah ngeluarin seringai begini) sambil berkata, “Aku
bukan orang yang jenius. Tapi, kau saja yang bukan apa-apa.” SHOT! Ngejleb
right on the kokoro.
Jin Mok menatap kepergian Yoo Seul dan ibunya dengan
ekspresi penuh dendam.
Jin Mok lalu mendatangi gereja dan berdoa. Dengan
nada penuh dendam dan kemarahan karena merasa direndahkan Yoo Seul, Jin Mok
lalu berdoa meminta Yoo Seul ditimpakan musibah sebagai pelajaran atas
kesombongannya. Jin Mok berdoa supaya Yoo Seul mengalami kegelapan dalam
hidupnya. Hingga tidak lama kemudian, dia mendapat telepon dari teman
sekelasnya yang mengabarkan kalau Yoo Seul mengalami kecelakaan lalu lintas.
Jin Mok syok, karena merasa semua itu terjadi karena doanya yang penuh dendam
barusan.
Sementara itu, Cha Sik juga bersiap untuk lompatan
5,50 m. tapi ternyata dia mengalami kecelakaan fatal, tepat di daerah sensitifnya.
Lompatan 5,50 meter-nya gagal.
Yoo Seul baru saja selesai diperiksa matanya oleh
dokter. Dokter mendiagnosa bahwa ada kerusakan syaraf optik pada matanya. Ibu
Yoo Seul mengkhawatirkan bagaimana nanti Yoo Seul bisa kembali bermain piano.
Dokter menegur Ibu Yoo Seul yang terlihat lebih mementingkan piano daripada
anaknya. Ibu Yoo Seul marah, “Piano adalah anakku. Anakku adalah piano. Piano
adalah segala-galanya bagi anakku.”
Ibu Yoo Seul menawarkan untuk transplantasi kornea
matanya. Tapi dokter menjelaskan yang rusak adalah syaraf penglihatan, bukan
kornea mata Yoo Seul, kemungkinannya sangat kecil untuk sembuh. Ibu Yoo Seul
tidak terima dengan diagnosa dokter, lalu menyeret Yoo Seul keluar untuk
mencari dokter di rumah sakit lain.
Ibu Yoo Seul mengingatkan Yoo Seul untuk tidak
menyerah soal piano. Dia akan mencari cara supaya Yoo Seul tetap bisa bermain
piano meski dalam keadaan buta. Ibunya menyuruh Yoo Seul terus melatih
kelenturan jemarinya dengan sebuah alat, sementara dia pergi ke toilet. Untuk
menangis.
Cha Sik dan ibunya juga ada di rumah sakit itu untuk
konsultasi. Cha Sik sudah cemas dengan kemungkinan terburuk yang dihadapinya.
Dokter menenangkan bahwa Cha Sik tidak perlu khawatir, dia masih bisa punya
anak di masa depan. LOL. Tapi dokter menyarankan Cha Sik untuk istirahat dari
olahraga, karena dia harus menjalani operasi perekatan ruas tulang belakang dan
efeknya akan membuat tekanan tubuh atas dan bawah Cha Sik bertambah jika dia
memaksa olahraga. Cha Sik tertawa lega walaupun terlihat jelas bahwa dia
menahan air mata.
Cha Sik tertunduk lesu turun dari tangga menuju atap
gedung. Dia lalu dikagetkan dengan tongkat seseorang yang mengenai kakinya. Itu
Yoo Seul. Yoo Seul minta maaf karena dia tidak bisa melihat. Dia minta tolong
Cha Sik untuk menunjukkannya tangga menuju atap gedung. Cha Sik mengamatinya
sesaat, lalu meminta izin untuk memegang tangan Yoo Seul. Tapi karena Yoo Seul
merasa segan, Cha Sik menyuruh Yoo Seul untuk memegang lengannya. Lalu mereka
berjalan menuju ‘atap gedung’.
Jin Mok yang mencoba menyalurkan perasaannya yang
kacau (karena merasa dirinya penyebab kecelakaan Yoo Seul) dengan bermain
piano. Tapi pada akhirnya dia menyerah dan pergi ke toko bunga. Mbak Florist langsung
menebak Jin Mok ingin memberi bunga untuk pacarnya. Jin Mok menolak nyaris
kelewat cepat dan mengatakan bahwa itu hanya untuk temannya, atau juga
musuhnya. Mbak Florist tersenyum maklum, mungkin ngira Jin Mok masih malu-malu.
Jin Mok sembarangan menunjuk sebuah jenis bunga dan meminta Mbak Florist
membuat sebuah buket dari bunga itu sekenanya, tidak perlu cantik. Mbak Florist
makin senang menggodanya dengan mengatakan bahwa bunga yang dipilih Jin Mok
memiliki arti “Selamanya Cinta”, hahaha. Jin Mok hampir putus asa lalu
menjelaskan bahwa dia butuh bunga yang berarti “Semoga cepat sembuh”. Sekaligus
“Permintaan Maaf”.
Jin Mok pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Yoo
Seul, sambil membawa bunga. Di sana, dia terpaku melihat Yoo Seul yang
benar-benar menjadi buta sedang dituntun oleh orang asing (Cha Sik). Jin Mok
semakin merasa bersalah melihatnya.
Cha Sik mengantarkan Yoo Seul ke ‘atap gedung’. Yoo
Seul berterima kasih pada Cha Sik setelah memastikan tidak ada orang lain di
sana. Cha Sik lalu berjalan meninggalkan Yoo Seul. Beberapa saat kemudian, Yoo
Seul memantapkan niatnya untuk meninggalkan dunia. Tapi dia aksinya ditunda
karena Jin Mok memanggilnya.
Cha Sik membalikkan badan melihat ada orang yang
memanggil Yoo Seul. Yoo Seul yang mendengar suara Jin Mok, melarangnya untuk
mendekat. Jin Mok berkata bahwa dia khawatir. Yoo Seul menyindir Jin Mok tidak
perlu khawatir karena dia sendiri senang dengan keadaannya yang buta, karena
dia tidak perlu lagi melihat wajah Jin Mok dan juga notasi-notasi itu. Dia hanya
mengkhawatirkan ibunya yang masih saja menyuruh Yoo Seul untuk tetap berlatih
piano. Yoo Seul berteriak frustasi mengingat ibunya.
Yoo Seul lalu menyalahkan Jin Mok yang pernah
merendahkan ibunya, sehingga ibunya jadi berubah ambisius. Yoo Seul muak selama
ini pura-pura suka dengan piano. Dia juga lelah membenci Jin Mok. Jadi sekarang
dia ingin berhenti. Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Jin Mok, Yoo Seul
memejamkan mata dan membiarkan tubuhnya terjun bebas….
Dan ditangkap oleh Cha Sik yang sudah menunggu di
bawah mereka. Yoo Seul sempat berteriak histeris sebelum akhirnya sadar kalau
dia belum mati. Cha Sik menjelaskan bahwa itu hanya tempat parkir, bukan atap
gedung. Dia sudah merasa aneh dengan niat Yoo Seul mencari atap gedung, makanya
dia membawa Yoo Seul ke tempat parkir. Dia bahkan menyebut Yoo Seul ‘Deungshin-ah (Bego)’. Yoo Seul marah
karena merasa ditipu. Cha Sik menasehati Yoo Seul seharusnya dia menikmati hidup,
tidak perlu menyalahkan ibunya ataupun orang lain. Cha Sik merasa menyesal
menyelamatkan Yoo Seul. Lalu berdecak dan melangkah pergi dari tempat itu.
Jin Mok yang menyaksikan dari lantai beberapa kaki
di atas mereka menegur Cha Sik yang sudah keterlaluan bicara. Cha Sik balas
menyindir Jin Mok yang tidak peka, karena membawakan bunga untuk gadis buta.
Heh.
Cha Sik akhirnya benar-benar pergi, tapi dia sempat
memungut alat untuk latihan kelenturan jari milik Yoo Seul yang tadi Yoo Seul lemparkan
ke lantai.
Cha Sik ngobrol dengan ibunya soal dirinya yang baru
saja menyelamatkan nyawa seorang gadis yang berniat bundir. Cha Sik bangga pada
dirinya sendiri, menambahkan info bahwa gadis itu terkenal dengan piano. Ibunya heran kenapa gadis itu berniat
bundir. Dia lalu bertanya kenapa Cha Sik juga sempat ke atap gedung (sebelum
dia berpapasan dengan Yoo Seul). Cha Sik berdeham dan menjawab kalau dia hanya
mencari udara segar.
Mereka tiba di luar rumah sakit ketika hujan turun.
Ibu Cha Sik mengeluarkan payung dan mencoba membukanya tapi ternyata gagangnya
lepas sehingga payungnya jatuh ke tanah yang basah. Cha Sik tertawa
terbahak-bahak melihat kekonyolan ibunya. Beberapa kali ibunya mengulangi
tindakannya, saat itu pula Cha Sik tertawa. Hingga ibunya sadar bahwa Cha Sik
sebenarnya berusaha keras menahan supaya tidak menangis di depan ibunya. Ibunya
memeluk Cha Sik, berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Cha Sik menumpahkan
perasaan yang sebenarnya tentang kemungkinan dirinya yang tidak bisa kembali
pada olahraga. Dia tidak tahu harus bagaimana karena selama ini dia hanya punya
olahraga.
Cha Sik mengurung diri di kamarnya sepanjang hari,
menghabiskan waktunya dengan mendengarkan musik, membaca manhwa atau juga
mitesin plastik berbalon (aku juga suka banget mitesin balon-balon itu. Rasanya
ada kepuasan tersendiri ketika ngeliat gak ada satupun lagi balon tersisa di plastik
itu). Karena cedera yang dialaminya, otomatis Cha Sik harus menulis surat
pengunduran diri dari sekolah olahraganya. Ibunya mengamatinya dengan sedih,
lalu membuka album foto lama dan mengambil sebuah foto dari sana. Berharap foto
itu bisa menjadi alasan untuk Cha Sik tetap bersemangat melanjutkan hidup.
Di rumah Yoo Seul, ibunya yang sedang disibukkan
dengan memasang bantalan pembatas pada pinggiran meja untuk memudahkan langkah
Yoo Seul di rumah terus bicara soal latihan piano Yoo Seul yang akan dipandu
guru khusus pengajar murid tuna netra. Yoo Seul hanya harus berlatih lebih
keras. Yoo Seul mengiyakan dengan lesu. Yoo Seul mengingat bahwa selama ini dia
selalu menuruti perintah dan kemauan ibunya. Lalu perkataan Cha Sik kembali
terbayang soal dirinya yang selama ini telah membohongi ibunya dengan pura-pura
mencintai piano.
Kembali ke rumah Cha Sik. Ibu menyuruh Cha Sik untuk
mandi dan makan karena ada sesuatu yang akan dia sampaikan. Cha Sik hanya
mengiyakan tanpa berniat beranjak dari kasurnya. Tapi ketika ibunya berkata dia
akan memberitahu perihal ayah Cha Sik, tanpa pikir dua kali Cha Sik segera
bangkit dari kasurnya.
Sembari makan malam, ibu menunjukkan pada Cha Sik
sebuah foto lama. Ibunya memberitahu kalau pria dalam foto itu adalah ayah
kandung Cha Sik. Cha Sik tidak percaya karena merasa wajahnya tidak mirip
dengannya. Ibu menjelaskan kalau pria itu berasal dari keluarga kaya dan
pintar. Ibunya baru sadar kalau dirinya mengandung Cha Sik setelah putus dari
pria itu. Cha Sik paham karena ibunya pasti minder dengan keadaannya. Ibunya
menjelaskan bahwa ayah Cha Sik adalah seorang pianis terkenal. Karena itu jemari
Cha Sik yang ramping dan panjang tidak seperti jemari seorang atlet (yeap, aku
iri dengan jemarinya Jisoo :p). Juga dengan nada panggilan Cha Sik yang memilih
Fur Elise (Beethoven ‘Fur Elise’). Itu sudah menunjukkan bahwa gen ayahnya
mengalir juga di tubuh Cha Sik.
Cha Sik kembali bersemangat setelah mendengar
penjelasan ibunya. Membuatnya memiliki harapan bahwa dia bisa memilih jalur
lain selain olahraga untuk melanjutkan hidupnya. Dia meminta izin pada ibunya
kalau dia akan mencari ayahnya jika sudah sukses nanti. Ibunya tersenyum haru,
mendukungnya untuk menemui ayahnya jika sudah berhasil nanti.
Yoo Seul berkata ada yang ingin disampaikannya pada
ibunya. Dia tampak sudah lama memikirkan hal ini tapi baru sekarang mendapat
keberanian untuk bicara.
“Aku ingin berhenti bermain piano.”
Sementara itu, Cha Sik yang sangat bersemangat,
berlari-lari kecil menghampiri poster ayahnya di pinggir jalan. Dia bicara pada
poster itu sambil tersenyum cerah,
“Ayah, aku akan mulai belajar main piano.”
Komentar :
Aku udah lama nungguin mini drama ini sejak tahun
lalu. Dan udah menduga kalau akan banyak adegan angst yang menguras air mata
(ehm, seenggaknya bikin air mata ngegantung di kelopak mata ya). Tapi… gak
nyangka kalo akan ada selingan unsur komedinya macam ini!! Suka. Suka. Suka.
Dari segi casting, thumbs up buat semua main casts
yang memerankannya. Kim So Hyun
sebagai Yoo Seul, sebagai cewek yang menurutku bukan sombong ya, tapi semacam
kasar dan di sisi lain anak yang penurut. Aku ngerasa dia ini sejak awal emang
gak niat musuhan sama rivalnya, Jin Mok. Tapi demi menuruti perintah ibunya,
dia jadi memperlihatkan pribadi yang membuat orang menilainya sombong dan
keterlaluan dalam bicara. Yoo Seul ingin memberontak, tapi dia tidak bisa
melakukannya, karena pada dasarnya Yoo Seul adalah anak yang baik. Aku selalu
suka sama akting Kim So Hyun sejak dia main di The Moon that Embraces the Sun
(TMTES), walaupun perannya antagonis. Dia termasuk salah satu aktris cilik
-beranjak dewasa-Korea yang mampu ngebuktiin bakat aktingnya yang amazing. Mau
peran antagonis, bullied, bully, mengenaskan, So Hyun bisa ngebawainnya dengan
baik.
Yoon Yoo Seul. Peringkat 1 SMA Seni Hanju. Jurusan Piano |
Seo
Jin Mok (Shin Jae Ha). Aigooya~ pas pertama lihat dia jadi
cameo di Pinocchio (sebagai Jae Myung kecil), aku udah nginget wajahnya. Aktingnya
pas marah sambil bawa piala milik ayahnya bener-bener kerasa
asdfghjklvngc#$@#daebak. Ketika lihat adegan itu, aku ikutan merinding, berasa
ada di antara reporter yang ada di sana. Sayang di Sassy Go Go, perannya gak
terlalu wah. Makanya aku bersyukur dia ikutan drama ini, karena aku yakin Jae
Ha adalah aktor yang bagus. Jarang-jarang ada aktor rookie yang bisa ngebawain
peran emosional dengan baik.
Tentang karakternya sebagai Jin Mok, oh shoot,
kupikir dia bakal jadi 2nd lead brengsek ala kadarnya. Aku gak
nyangka kalo Jin Mok punya sisi lain yang bikin aku ngerasa dia lebih manusiawi
dibanding 2nd lead di drama lain pada umumnya. Udah terlalu bosan juga
sama 2nd lead yang terlalu baik, hobinya menggoda lead female dan
ujungnya rela menderita asalkan wanita yang dicintainya bahagia, huaa~ Jin Mok cuma
orang yang punya harga diri tinggi. Yang paling gak suka mendengar kritikan
orang terhadapnya. Makanya dia benci banget sama ibu Yoo Seul. Tapi menurutku
kalo ke Yoo Seul, dia lebih ke iri daripada benci. Karena dia juga masih punya
perasaan bersalah dan khawatir dengan Yoo Seul. Walaupun dia gak nunjukinnya
terang-terangan (kalo di Jepang di kenal dengan istilah tsundere, kkk). Iri
karena Yoo Seul ada 1 tingkat di atasnya. Jin Mok cuman ingin orang-orang
mengenalnya sebagai Si Jenius Jin Mok.
Seo Jin Mok. Peringkat 2 SMA Seni Hanju. Jurusan Piano |
Kim
Jisoo (Jung Cha Sik)
Oh halo my another 93 liner fav. actor~ ahihi, omo~
speechless lah sama kemampuan akting Jisoo di sini. Scene paling nyess itu ketika Jisoo ketawa ngakak
ngeliat payung ibunya copot dari gagangnya, lalu beberapa detik kemudian,
ketawa lepasnya itu berubah jadi tangisan. My~ dia kelihatan bener-bener alami.
Aku bener-bener ketipu sama ekspresi ketawanya Cha Sik, kupikir dia emang
nganggep kejadian itu lucu. Tapi ternyata itu adalah kamuflase air matanya.
Jung Cha Sik. SMA Olahraga Woojung. Atlet Timnas Lompat Galah |
Soal
alur cerita. Keterlaluan!! 3 episode buat drama
menjanjikan ini?? Sassy Go Go, yang sama kerennya aja 12 episode. Mungkin KBS
masih agak trauma ya karena kegagalan perolehan rating drama sekolah
mereka. Bagiku sih gak masalah, aku
bakal tetap nonton kalo emang dramanya bagus. Rating buat episode perdana Page
Turner juga cuma berkisaran 3-4%. Kabar gembiranya, Page Turner jadi trending
di situs pencarian di Daum dan Naver, udah cukup deh jadi bukti kalo drama ini
banyak yang suka dan apresiasi. Bukan cuma karena para pemainnya, tapi juga
alur cerita yang cepat tapi gak terkesan melompat-lompat. Aku suka bagaimana
tim produksi mengaitkan kejadian yang dialami Yoo Seul dengan Cha Sik. Ketika
mereka berdua di atas angin, ketika mereka berdua mendapat musibah, ketika
mereka berdua terpuruk. Di antara amarah Jin Mok. Yoo Seul yang tingkat kepercayaan
dirinya tinggi dan terkesan arogan, dengan Cha Sik yang kepribadiannya selonong
boy dan cerah. Dan mereka dipertemukan oleh sebuah tragedi dalam kehidupan
mereka masing-masing.
Mereka juga sama-sama memiliki ibu yang sangat
peduli dengan mereka. Bedanya, Yoo Seul memiliki ibu tipe pengontrol, sedangkan
Cha Sik memiliki ibu tipe supporter. Dua tipe ibu yang pasti kita bisa temui di
real life. Keduanya memiliki tujuan yang sama, demi kebahagiaan anak-anaknya,
tapi mereka punya jalan pemikiran berbeda tentang bagaimana cara melindungi
permata mereka.
Gak sabar buat lanjut episode 2 ><
160329, 18.00 WIB
Ujen/박수잔
Yg pas insiden Cha Sik tu, langsung ku skip, lah tau bakalan cak mano kejadiannyo.
BalasHapusIdk sanggup aku kalu nak jingok scene itu :v
Btw, pantesan bae raso idk asing dgn yg jadi Jin Mok tu, ternyato dio yg jd Jae Myung remaja di Pinocchio :3
Duh, sayang bae drama keren cak ini cuma tiga epsde ~T_T~
Hyung malah penasaran kek mano mereka ngesyut scene itu :v
HapusHaha, baru nyadar yo? Beda yo samo penampilannyo di SGG jugo.
Kalo dak salah inget, minggu ini tayang 2 episode sekaligus. Wow.
Nah iyo, minggu ini langsung tayang duo episode.
BalasHapusTp sabtu besok aku ado gawe, mano kuota aku lah habis pulo,baru tanggal 4 agek perpanjangannyo ~T_T~
Aigoo,,,mian ru comment skrg, krn eon baru nntn td malem :3 btw ini eon Nisa, haha
BalasHapusunn ikut jerit pas scene Cha sik kena galah, pasti sakit bgt TT
sukak sm karakter mereka bertiga,, apalagi Ji soo ><
Cha sik itu moody'an ya, gampang bgt suasana hatinya berubah,, sm kek eonni :v #maksa
ooh jd si Jin Mok prnh main di Pinochio, pantes td mlm nntn dy kek gak asing
btw di SSG dy jd siapa?
Haha, gwaenchanha..
HapusEonni udah nnton juga? Kkkk, apes kali si Cha Sik. Kepribadiannya kek buldozer, emang bener ya. Tuh orang serba buru-buru, pemikirannya jangka pendek. Tapi cute, polos gitu.
Jin Mok di SGG jadi anggota grup Baekho yg berkacamata. Nyadar gak? Hahahaha :v
iy Udah nnton mpe ep. 2
BalasHapusmudah kepancing emosi si Cha Sik,, gk mikir panjang,, tp dy gk gampang nyerah, itu plus nya.
Astaga,,dy yg si kacamata itu?? aigoo,,sumvah gk nyadar sm sekali.
pas nntn SSG eon sempat mikir gini "klo dy gak pake kacamata n' gk jutek gtu, pasti kece" ... trnyata emg kece beneran >,<